Sunscreen 101: Apakah Arti Nilai SPF dan PA?


Ketika berlangsung menyusuri rak-rak gugusan sunscreen di swalayan, kau niscaya sudah sering menyaksikan nilai SPF dan PA yang terpampang besar pada kemasan produk susncreen. Beberapa mungkin telah mengenali dengan terperinci apa fungsi nilai SPF dan PA tersebut, tetapi ada juga yang gres mengenali fungsi SPF tetapi tidak dengan PA.





Padahal, secara teori, kedua rating produk sun protection tersebut sangatlah penting lho untuk kulit, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.





Lantas, apa sih kegunaan dan arti nilai SPF dan PA? Nah, sebelum membicarakan detilnya, semestinya kita berkenalan apalagi dahulu dengan sinar UV yang menjadi akar persoalan kulit sekaligus argumentasi mengapa produk sunscreen timbul.





Sekilas wacana sinar UV





sinar UV




Matahari yang merupakan sumber energi paling besar di dunia bahwasanya memancarkan berbagai macam radiasi elektromagnetik. Hampir 99% dari radiasi tersebut ada dalam bentuk cahaya tampak atau visible light, sinar ultraviolet (UV), dan sinar iframerah. Tentu saja dari ketiga cahaya tersebut, yang bertanggung jawab atas permasalahan kulit yang diderita umat insan yaitu sinar UV.





Sinar UV sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu UVA, UVB dan UVC. Sinar UVA bertanggung jawab atas penggelapan pada kulit (tan) yang terjadi bila seseorang terlalu usang terekspos sinar matahari. Sinar UVA juga yang dapat menimbulkan masalah kulit dalam jangka panjang mirip kerutan. Pasalnya, sinar UVA bertanggung jawab atas pembentukan radikal bebas pada kulit.





Sementara UVB bertanggung jawab atas terjadinya sunburn yang ditandai dengan hadirnya kemerahan dan sensasi terbakar pada kulit. Bahkan UVB mampu mengantarkan pada penyakit kanker kulit mirip melanoma, meski memang UVA juga berperan dalam terjadinya problem ini.





Tekahir, UVC yakni sinar yang memiliki tingkat energi paling tinggi dibandingkan dua jenis sinar UV tadi. Sinar ini bisa dikatakan paling membahayakan alasannya adalah mampu menyebabkan kerusakan pada berbagai bentuk kehidupan. Untungnya, sinar UVC secara alami dapat terhalang oleh lapisan ozon. Sehingga bila lapisan ozon terjaga dengan baik, sinar UVC tidak akan pernah perihal bumi.





Dari ketiga jenis sinar UV tersebut, terlihat terperinci bahwa yang bertanggung jawab atas urusan kulit yaitu UVA dan UVB. Dan dari sinilah para peneliti mulai mencari cara supaya manusia mampu terhindar dari bahaya kedua sinar ultraviolet tersebut.





Sun Protection Factor (SPF)









Berangkat dari penemuan seorang kimiawan Swiss bernama Franz Gretter yang memperkenalkan produk bernama Glacier Cream bernilai SPF 2 pada tahun 1940an, mulailah SPF yang merupakan akronim dari Sun Protecting Factor dipakai untuk menyatakan kesanggupan sebuah produk sun protection dalam melindungi kulit. Nilai SPF ini dipakai Gretter sehabis ia berulang kali mendapati kulitnya terbakar saat mendaki gunung.





Dari pengalaman Gretter tersebut, terlihat jelas bahwa SPF merupakan nilai yang menyatakan bantuan kepada sinar UVB, dan seiring berjalannya waktu para peneliti kesannya mampu memformulasikan produk dengan nilai SPF yang lebih tinggi. Karena itulah timbul SPF 15, SPF 30, SPF 50 bahkan SPF 100.





Arti Nilai SPF





Nilai SPF sendiri bantu-membantu menyatakan seberapa usang kulit mampu bertahan sebelum pada akhirnya terbakar oleh sinar UVB. Secara teoritis, SPF 15 mempunyai arti bahwa produk tersebut mampu melindungi kulit 15 kali lebih lama sebelum akhirnya terbakar, sementara SPF 30 mempunyai arti bantuan 30 kali lebih lama, dan seterusnya.





Sebagai pola, jika kulitmu mulai terbakar sesudah 10 menit terkespos matahari dalam kondisi bare, SPF 15 akan menciptakan kulitmu terlindungi setidaknya selama 150 menit, sementara SPF 30 akan melindungi kulit sampai 300 menit atau sekitar 5 jam. Terdengar menjanjikan, bukan?





Sayangnya, nilai tersebut hanyalah nilai teoritis saja, alias cukup sulit diterapkan pada kondisi sungguhan. Karena kesanggupan produk sunscreen dari waktu ke waktu akan mengalami penurunan efektifitas, entah alasannya adalah luntur ataupun teroksidasi.





Bukan itu saja, mirip dikutip dari chanel youtube Michelle Wong yang merupakan seorang Ph.D Kimia dan juga pengamat dunia kecantikan, sinar UVB yang dipancarkan oleh matahari mempunyai level yang berlawanan tiap jam-nya. Sinar UVB yang terpancar pada siang hari akan memiliki level yang berkali lipat lebih tinggi dibandingkan pada pagi hari. Belum lagi ketika berenang, dimana air mampu membuat paparan menjadi dua kali lipat lebih besar lengan berkuasa.





Kondisi-kondisi tersebut menimbulkan niali SPF tidak bisa dijadikan persyaratan yang sempurna. Maka dari itulah banyak expert yang menyarankan untuk selalu mengaplikasikan sunscreen dengan sempurna dan melakukan re-apply setidaknya dua jam sekali, saat berkeringat, dan saat terkena air, supaya proteksi sunscreen kepada sinar UV senantiasa optimal.





Apakah Semakin Tinggi Nilai SPF Semakin Baik?





Bila memperhatikan arti dari nilai SPF, seolah-olah tampak bahwa kian tinggi nilai SPF sebuah produk maka proteksi yang diberikan kepada kulit pun akan semakin optimal. Dan memang jawabannya yakni benar, utamanya jikalau mengacu pada observasi tahun 2018 yang membandingkan efektifitas sunscreen SPF 50+ dan SPF 100+ pada dua golongan relawan.





Hasil observasi ini mengungkap bahwa sunscreen ber-SPF 50+ menjadikan lebih banyak relawan terkena sunburn dibandingkan sunscreen ber-SPF 100+. Dengan kata lain, SPF 100+ terbukti mampu melindungi lebih baik dari SPF 50+.





Meski begitu, tetap saja ada sedikit kebimbangan yang perlu diperhitungkan kalau memutuskan untuk menggunakan SPF yang tinggi untuk digunakan utamanya selaku sunscreen harian.





Pertama, nilai SPF yang kian tinggi menyatakan bahwa produk tersebut mempunyai kandungan bahan aktif lebih banyak. Padahal harga bahan-materi aktif ini tidak masuk dalam klasifikasi affordable. Artinya, bila kamu menetapkan ingin memakai sunscreen dengan SPF sangat tinggi, kau harus rela merogoh kocek sungguh tinggi untuk menerimanya.





Kebimbangan lainnya ialah bahwa tidak peduli berapa nilai SPF sebuah produk, kesanggupan proteksinya akan senantiasa menyusut efektifitasnya dari waktu ke waktu. Dan, ya, kau juga tetap harus mengaplikasikan kembali sunscreen setidaknya 2 jam sekali kalau ingin perlindungan yang maksimal terlepas dari nilai SPF yang digunakan.





Karena kebimbangan inilah banyak yang karenanya menyarankan untuk memakai produk sunscreen dengan nilai SPF 30 saja dibanding yang ber-nilai SPF lebih tinggi. Karena dari sisi efektifitas, keduanya tidak mengambarkan perbedaan yang signifikan.





Sekilas ihwal PA









Bila SPF menjadi persyaratan seberapa andal perlindungan produk sun protection melindungi kulit dari sinar UVB, maka PA dibuat untuk mengukur level proteksi kepada sinar ultraviolet-A (UVA). PA sendiri merupakan singkatan dari Protection Grade of UVA. Sistem rating ini berasal dari Jepang dan berkembang baik di banyak negara Asia.





Sistem PA bekerjsama terbilang gres dan masih dalam tahap perkembangan hingga saat ini mengenang dahulu abad manusia condong lebih concern terhadap reaksi sunburn yang terjadi pada kulit dikala terkespos matahari.





Akan tetapi, setelah mengenali fakta bahwa sinar UVA dapat menyerap ke lapisan kulit yang lebih dalam dibandingan UVB sekaligus bertanggung jawab atas timbulnya ketaknormalan pada kulit dalam jangka panjang, para peneliti mulai menyebarkan formulasi sun protection yang juga mampu melindungi dari bahaya sinar UVA ini salah satunya yakni dengan menggunakan PA.





Rating PA yang telah lazimnya dipakai pada produk sun protection sendiriyaitu PA+, PA++, PA+++ dan PA++++. Kira-kira, apa ya maksud dari simbol (+) tersebut? Eits, sebelum itu, mari berkenalan dulu dengan tata cara yang dipakai untuk penentuan rating PA ini, yakni Presistent Pigmen Darkening (PPD)





Presistent Pigment Darkening (PPD)





Seperti dilansir dari the klog, tata cara ini dijalankan untuk menguji seberapa andal sebuat produk sun protection dalam menghadang sinar UVA. Hasil dari tata cara ini yaitu nilai PPD yang mengambarkan seberapa lama seseorang mampu bertahan di bawah sinar UVA sebelum karenanya mengalami penggelapan kulit (tan).





Nilai PPD 10 memiliki arti bahwa kulitmu mampu bertahan 10 kali lebih lama sebelum jadinya menjadi cokelat era memakai produk sun protection, dibandingkan dikala tidak memakai apapun.





Jadi, jikalau lazimnya kulitmu mampu bertahan cuma selama 5 menit sebelum menjadi coklat, jika memakai produk dengan nilai PPD 10, secara teori kulitmu mampu bertahan lebih usang menjadi 50 menit. Benar, metode ini sama seperti pengujian SPF, cuma saja menggunakan UVA bukan UVB.





Meski menawarkan keinginan terhadap perlindungan dari sinar UVA, akan namun nilai PPD ini tidak dapat diukur dengan sempurna. Pertama, alasannya belum adanya sistem yang terstandarisasi untuk memeriksa skor PPD. Selain itu, in real life tidak siapa pun dapat mengambarkan reaksi pergeseran warna kulit menjadi coklat periode terpapar sinar matahari terutama oleh UVA.





Warna kulit orang yang telah terpapar sinar UVA juga tidak konsisten; beberapa orang ada yang kulitnya menjadi lebih gelap, beberapa tidak terlampau gelap, bahkan beberapa orang membutuhkan waktu yang sangat lama biar kulitnya menjelma coklat. Hal-hal tersebutlah yang menjadi penyebab tidak semua negara di dunia menyetujui metode PPD.





Meski PPD tidak menawarkan jumlah pasti santunan UVA yang diberikan produk, akan namun hasil tes ini dapat dipakai oleh tiap negara untuk diubah dengan metode rating masing-masing. Dan di negara Jepang, hasil tes ini dikonversikan ke dalam sistem penilaian yang dinamakan PA.





Arti Nilai PA





PPD memang tidak menujukan jumlah pasti santunan kepada UVA dari sebuah produk, akan tetapi hasil dari tes PPD mampu dikonversikan menjadi nilai khusus dengan sistem penialan yang diserahkan pada masing-masing negara. Merujuk pada colorscience, negara bunga sakura, Jepang,  mengonversikan hasil PPD ke dalam sistem penilan PA mirip berikut ini.





  • PA+ memiliki arti produk memiliki PPD 2 sampai 4 (memberikan sumbangan terhadap sinar UVA)
  • PA++ mempunyai arti produk mempunyai PPD 4 hingga 8 (memperlihatkan perlindungan sedang terhadap sinar UVA)
  • PA+++ bermakna produk mempunyai  PPD 8 sampai 16 (memberi santunan lebih baik dari PA++)
  • PA++++ mempunyai arti produk mempunyai PPD 16 atau lebih (menunjukkan perlindungan paling baik terhadap sinar UVA)




Mudahnya, jika kamu ingin mengenali seberapa berpengaruh dukungan yang ditawarkan sebuah produk terhadap sinar UVA, carilah produk dengan tanda (+) lebih banyak pada rating PA-nya.





PA Vs Broad Spectrum









Sebelumnya sudah disinggung, bahwa tidak semua negara meneyutujui metode PPD dalam penentuan level proteksi terhadap sinar UVA. Alhasil, hal ini menyebabkan tidak semua negara menyetuji penggunaan PA selaku nilai kekuatan sunscreen dalam melindungi kulit dari sinar UVA.





Sebab banyak yang beranggapan bahwa rating PA ini tidak memiliki keterkaitan waktu dengan nilai SPF. Misalnya, bayangkan bila kau memiliki produk SPF 15 dengan PA+++. Setelah memakai sunscreen tersebut selama 75 menit, lalu kamu mendapati kulit mulai mengalami sunburn, tetapi kau tidak menyadari adanya perubahan warna apapun pada wajahmu di hari pertama.





Akan namun pada hari-hari berikutnya, kau mulai merasakan kulitmu yang berubah menjadi lebih gelap. Ini mempunyai arti nilai PA tidak mempunyai kekerabatan waktu yang serupa dengan nilai SPF pada produk sunscreen tersebut. Membingungkan, bukan? Karena itulah tidak ada yang tahu berapa usang nilai PA dapat bertahan pada kulit seseorang sebelum karenanya orang tersebut mengalami penggelapan kulit.





Fakta ini juga yang menjadikan negara-negara mirip Amerika dan Eropa tidak menggunakan rating PA sebagai patokan bantuan kepada sinar UVA, melainkan memakai istilah Broad Spectrum untuk merujuk pada produk yang memiliki sistem perlindungan UVA sama kuatnya dengan perlindungan kepada UVB.





Penggunaan Broad Spectrum ini memang lebih masuk akal dan akurat alasannya adalah dianggap lebih mengutus repons yang dialami kulit manusia di dunia positif ketika terkespos matahari, bukan cuma karea UVA atau UVB saja. Intinya, ketika mengukur perlindungan produk sun protection memang lebih baik mengukur bantuan kepada UVA dan UVB secara bersamaan, bukannya terpisah-pisah.





Di Indonesia sendiri kebanyakan produk sunscreen memang memakai rating PA dibandingkan Broad Spectrum. Akan namun bukan bermakna kau harus meninggalkan produk-produk tersebut dan beralih pada produk yang diproduksi negara Eropa atau Amerika.





Karena, kembali lagi pada cara menggunakan sunscreen yang efektif, bahwa klaim apapun akan runtuh bilamana kamu tidak memakai sunscreen dengan tepat dan tidak mengaplikasikannya kembali selama 2 jam sekali, dikala berkeringat, serta ketika luntur oleh air.





Bottom Line





Sunscreen yang baik adalah sunscreen yang dapat memperlihatkan perlindungan baik dari sinar UVA maupun UVB, terlepas dari nilai SPF atau rating PA yang dipilih. Meski memang makin tinggi nilai SPF maupun rating PA mengindikasikan perlindungan yang semakin baik, namun bukan bermakna perlindungan tersebut menjadi lebih efektif.





Pasalnya, dari waktu ke waktu sunscreen atau produk sun protection lain akan mengalami penurunan efektifitas, oleh kesudahannya pengaplikasian sunscreen yang sempurna sangatlah diharapkan untuk memaksimalkan perlindungan tersebut. Bukan itu saja, kamu juga haru mengaplikasikan sunscreen kembali setidaknya 2 jam sekali, ketika berkeringat, ataupun saat luntur oleh air.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel